Berkah dan Nikmat Keaslian Gula Aren
Gula aren adalah output proses dari produksi yang inputnya ialah nira aren. Pemrosesan nira aren dengan hasil olahan berbentuk gula aren bikin biasanya dilaksanakan dengan cara tradisionil pada rasio pengrajin. Pemrosesan dilaksanakan berdasar ketrampilan serta pengetahuan dengan cara turun-temurun. Pemakaian tehnologi inovatif diketemukan pada pemrosesan rasio Industri Kecil Menengah (IKM) yang mempunyai tujuan untuk tingkatkan produktivitas, efektivitas proses produksi, pembaruan kualitas, sesuai keinginan customer, salah satunya pemrosesan gula semut. Pemakaian tehnologi maju sebenarnya ada pada proses pemrosesan/produksi tersebut, dengan investasi relatif besar.
Nira aren untuk bahan baku untuk pengerjaan gula aren didapat dari penyadapan tandan bunga jantan tanaman aren yang telah berusia 8-9 Tahun. Tanaman aren penyadapannya dilaksanakan 2 (dua) kali dalam 24 jam, yakni pada sore dan pagi hari. Hasil penyadapan sore hari yang di panen pada pagi hari banyaknya semakin banyak bila dibanding dengan hasil penyadapan pagi hari yang di panen di sore hari, dengan rata-rata perbandingan 3:1. Jika diasumsikan panen nira aren sekitar 15 liter, karena itu panen pada pagi hari kurang lebih sekitar 10 liter sedang panen disorenya cuma kurang lebih 5 (lima) liter.
Ketidaksamaan jumlah panen nira aren di saat sore dan pagi hari, berasal dari kondisi dan situasi cuaca. Dalam cuaca dingin, dari mulai sore, larut malam, sampai subuh hari, nira aren menetes bertambah deras, bila dibanding dengan, pagi, siang, sampai mendekati sore hari yang cuacanya bertambah panas, hingga nira aren menetesnya bertambah lamban. Kecuali dikuasai oleh situasi cuaca, jumlah panen nira aren dipastikan juga oleh kesuburan serta perawatan tanaman aren, salah satunya (1) lakukan pemupukan, (2) lakukan penyiraman di saat musim kemarau, serta (3) lakukan pengaturan gulmanya.
Produksi gula aren, dalam prosedurnya harus memerhatikan kualitas nira aren, dalam makna nira aren tidak alami kerusakan atau jadi masam, dengan kandungan Ph nya 7 (tujuh) s/d 8 (delapan). Nira aren yang sudah jadi asam tidak dapat membuahkan gula aren yang bermutu. Buat memperhitungkan ini karena itu petani aren harus lakukan beberapa hal seperti berikut: (1) Membersihkan bersih wadah penampungan nira aren serta dibasuh memakai air mendidih serta diasapkan/disangai/dikeringkan dekat tungku pemasakan nira aren. (2) Masukkan di dalam wadah penampungan potongan semacam akar pohon spesifik (raru) yang dimemarkan, atau memakai kulit buah manggis/buah manggis muda/daun manggis, karena getah dari akar pohon raru serta manggis itu yang membuat nira aren tidak masam saat akan dipanen atau sebelum diproses jadi gula aren. Ke-2 perihal ini pula yang lengkapi keaslian atau kemurnian dari produksi gula aren.
Menghasilkan gula aren pasti sama seperti dengan menghasilkan nira aren tentu mempunyai arah. Mengenai maksudnya ialah buat membuat keberkahan serta meningkatkan kesenangan buat kehidupan umat manusia, tidak cuma hanya membuat serta meningkatkan nilai buat (value added) produk dalam penuhi keperluan customer. Keperluan umat manusia (konsumen), pemenuhannya masih kurang pada keperluan materi berbentuk fisik, namun penyukupan kebutuhan materi berbentuk abstrak, yaitu pemenuhan pada keperluan pada Allah Azza Wajjallah (hablumminallah).
Produksi tanaman aren (nira aren) yang telah dipanen, dibawa langsung ketempat pemrosesan, atau disebutkan dengan dapur aren. Di dapur aren tersebutlah bahan baku (nira aren) dilaksanakan proses produksi jadi gula aren bikin lewat beberapa tahapan produksi (proses produksi) seperti berikut:Tuangkan nira aren di dalam kuali/arena/wadah pemasakan, dengan lebih dulu dilaksanakan penyaring memakai tapisan supaya semut serta sampah yang lain di saat penampungan nira aren tidak turut masuk ke proses pengerjaan gula aren supaya kualitas gula aren terbangun.
Menghidupkan kayu bakar, untuk memasak nira aren sampai mendidih seringkali, hingga terjadi penyusutan kandungan air serta nira arennya jadi mengental. Jika nira aren telah mengental, bermakna nira aren telah tua (istilahnya jadi madu), serta warnanya menjadi kuning kemerah-merahan, diaduk terus sampai kental serta mulai membeku, diprediksikan memerlukan waktu sekitar di antara 4 (empat) s/d 5 (lima) jam.
Masukkan nira aren yang telah mengental serta mulai membeku di dalam cetakan dibuat dari kayu yang telah disiapkan sebelummya. Didiamkan lebih dulu semasa kurang lebih dua puluh menit untuk proses pendinginan, supaya gula aren tidak lengket pada cetakannya. Untuk satu cetakan membuahkan 10 balok gula aren bikin dengan ukuran semasing, panjang 18 cm, lebar 8 cm serta ketebalan 3,5 cm, dimana 1 (satu) balok gula aren beratnya 0,5 Kg, bermakna satu cetakan menghasikan 5 (lima) Kg gula aren bikin.
Keluarkan dari cetakan serta ditempatkan pada lokasi yang telah disiapkan, sampai gula aren betul-betul dingin. Jika gula aren telah betul-betul dingin, baru dilaksanakan pembungkusan memakai daun pisang yang telah kering, selanjutnya diikat dengan tali dari karung goni pelastik.
Masukkan di dalam kotak yang telah bermerek serta siap untuk diperjualbelikan (dijual).
Proses pemrosesan gula aren bikin benar-benar bergantung kemauan serta arah semasing pengrajin (produsen) gula aren bikin. Pemrosesan pada umumnya, yang dilaksanakan pengrajin gula aren bikin bisa digolongkan jadi dua yakni:Pengrajin yang syariah: memakai bahan baku murni (seratus %) nira aren dalam proses produksi gula aren bikin, dikatakan sebagai gula aren bikin asli, dipasarkan dengan rata-rata harga Rp 25.000,- s/d Rp 30.000,- per Kg, atau sekitar dua balok.
Pengrajin yang tidak syariah: memakai bahan baku yang digabung, tidak seratus % nira aren, tujuannya dalam proses produksi gula aren bikin, ada bahan kecuali nira aren, salah satunya memakai gula pasir (molase), atau bisa lebih terkenal dengan arti gula aren oplosan, dipasarkan dengan rata-rata harga Rp 20.000,- s/d Rp 25.000,- per Kg, sekitar dua balok.
Harga tersebut berlaku di tingkat pengrajin (produsen) gula aren bikin (Rokan Hulu, Riau), bagus untuk gula aren bikin yang asli atau gula aren bikin oplosan.
Pengrajin yang syariah (barisan a) jelas, proses produksinya bisa membuat serta meningkatkan mashlahah, tentu saja mendapatkan keuntungan dengan cara utama dengan berbingkai arah serta hukum Islam dan berkepanjangan dengan cara maksimal. Sesaat pengrajin yang tidak syariah (barisan b) cuma hanya beroreantasi memperoleh keuntungan besar serta sekejap serta sebenarnya tidak untung dalam periode waktu panjang. Disamping itu berefek serta punya pengaruh jelek pada keyakinan customer, serta selanjutnya customer tinggalkan produk oplosan itu. Produsen yang lakukan penipuan pada customer, jelas dalam Islam dilarang (tidak dibenarkan), selanjutnya ya berdosa.
Produksi gula aren bikin dari barisan pengrajin yang syariah, tentu saja mendapatkan keberkahan serta kesenangan gula aren asli. Ini tidak sama dengan barisan pengrajin gula aren bikin yang tidak syariah, pasti tidak meraik keberkahan serta kesenangan aslinya gula aren.
"Wassallam"